Pemberian Vaksin Flu |
Agar kasus Amanda tak terulang, orangtuanya lalu mengampanyekan pentingnya vaksin flu dengan mendirikan Families Fighting Flu. Atas upaya tersebut, sekarang Centers for Disease Control and Prevention (CDC) USA menyarankan vaksinasi flu pada bayi berumur minimal 6 bulan. Akan tetapi kesadaran orang tua ternyata masih sangat rendah. Salah satunya adalah karena masih berkembangnya anggapan-anggapan yang salah tentang flu (mitos flu), antara lain sbb:
1. Pilek dan batuk sudah biasa
Pada kasus flu yang mematikan seperti flu burung dan flu babi, gejala awalnya juga gangguan pernafasan diantaranya hidung meler atau pilek. Jika batuk dan pilek disertai dengan demam tinggi, segeralah datang menemui dokter. Dikhawatirkan ada infeksi lain yang bisa berakibat komplikasi lebih parah. Komplikasi lebih lanjut dari influenza yang tidak tertangani adalah radang paru, gagal ginjal, pneumonia, asma dan jantung. Orang yang terserang flu burung sering terbaring selama seminggu dengan disertai demam, hidung meler, sakit sekujur badan, kelelahan, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
2. Flu hanyalah selesma biasa
Inilah yang masih terdapat kerancuan di masyarakat. Karena gejalanya yang mirip yaitu pilek dan batuk, maka masyarakat masih menganggap flu sama dengan selesma. Padahal selesma memiliki gejala dan risiko yang lebih ringan daripada flu. Selesma disebabkan oleh banyak virus diantaranya adalah rhinovirus. Sedangkan flu disebabkan oleh virus influenzae. Virus influenza mudah sekali bermutasi menjadi virus yang sangat mematikan. Karena anggapan yang salah / mitos ini mengakibatkan bencana kesehatan. Berdasarkan data dari CDC Amerika Serikat, menunjukkan bahwa setiap tahun flu membunuh lebih dari 49.000 orang dan membuat 200.000 orang dirawat di rumah sakit.
3. Vaksin flu malah menyebabkan flu
Sekitar 35% konsumen berpikir bahwa vaksin flu dapat menyebabkan flu. CDC membantahnya sebab virus yang ada divaksin sudah dilumpuhkan. Inilah karena pemahaman yang salah di masyarakat bahwa gejala pilek dan batuk karena flu, padahal tidak semua.
Pada saat pemberian vaksin memang ada beberapa efek sampingan, seperti lengan yang terasa sakit. Pada anak-anak efeknya lebih beragam, seperti hidung meler, sakit kepala, dan napas terganggu.
4. Hanya orang yang sakit yang butuh vaksin flu
Separo konsumen berpikir vaksin hanya untuk anak atau orang yang terkena flu. Sebenarnya, satu-satunya cara untuk mencegah flu adalah memberikan vaksinasi. Karena bayi baru bisa divaksin setelah usia 6 bulan, mereka mengandalkan vaksinasi dari lingkungan sekitarnya untuk menciptakan "kepompong" vaksinasi.
5. Vaksin flu mengandung bahan kimia beracun
Sekitar 14% konsumen berpendapat bahwa vaksin flu berbahaya karena adanya merkuri dalam komposisinya. Itu adalah vaksin model yang sudah lama sekali dan telah dilarang pemakaiannya sejak tahun 2001. Sekarang tidak ada lagi kandungan merkuri di dalam vaksin flu. Selain itu, tak ada bukti bahwa merkuri dalam dosis kecil yang digunakan di vaksin menimbulkan bahaya. Merkuri yang digunakan adalah jenis ethyl dan bukan methyl yang bisa merusak otak. Tak ada data yang menunjukkan bahwa kandungan merkuri dalam vaksin flu membuat anak menderita autisme.
6. "Gabungan" vaksin lebih berisiko dibandingkan vaksin tunggal
Tahun 2011, vaksin flu dikombinasikan untuk melindungi baik flu biasa dan flu burung. Setiap tahun, pembuat vaksin akan memasukkan strain yang hampir dipastikan menyebabkan penyakit. Misalnya saja vaksin dengan dua strain A - H1N1 dan H3N2 - dan strain B. Vaksin flu isinya memang selalu berubah tiap tahun, disesuaikan dengan serotipe virus yang berkembang tahun itu.
Di kemudian hari diharapkan tidak menganggap remeh lagi gejala-gejala biasa seperti pilek dan batuk. Namun demikian, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Menjaga tubuh tetap sehat dan fit membuat kekebalan tubuh tetap kuat dalam menghadapi serangan berbagai virus. Semoga bermanfaat. Salam sehat. (SOS)
Sumber: WHO, USA Today & Nurani
Sumber: WHO, USA Today & Nurani