Sudah hampir seminggu sejak perjalanan panjang pulang kampung, hidung ini terasa mampet. Ada batuk dikit-dikit, tapi pileknya ini.... aduhh... parah banget. Awal-awal seperti gantian, jika lobang hidung kiri mampet yang kanan bisa nafas, begitu terus selama hampir 3 hari bergantian. Tapi belakangan pertahanan keduanya jebol juga... dua
akses jalan utama jalannya oksigen masuk ke tubuh sekarang buntu total.
akses jalan utama jalannya oksigen masuk ke tubuh sekarang buntu total.
Kalau di jalan tol Brexit masih ada 1 jalur yang longgar, tapi ini dua-duanya diblokade nggak bisa lewat. Tapi untunglah masih ada jalur alternative... adalah bernafas lewat mulut. Tapi tetep nggak nyaman, karena mulut harus buka nganga teruss... hahaha...
Sambil menunggu Ibu memasak gulai lebaran, iseng-iseng browsing tentang efek bernafas lewat mulut. Bahaya nggak sih bernafas lewat mulut. Soalnya kan menyalahi petunjuk penggunaan dari Tuhan. Biasanya sesuatu hal kalau tidak sesuai prosedur atau petunjuk penggunaan bakalan ada efek negatifnya... betul?
Design mekanisme pernapasan normal dilakukan dengan mulut tertutup, kemudian udara masuk melalui lubang hidung dan mengalir lewat saluran pernapasan menuju paru-paru. Selain pilek berkepanjangan, penyebab bernafas melalui mulut bisa dikarenakan adanya pembesaran tonsil akibat alergi sehingga menghambat jalan nafas.
Diawali dengan bertanya dulu ke yang paling tua, Simbah Google, ketemulah beberapa jawaban. Benar ternyata, bernafas lewat mulut ada efek negatifnya.
Pertama, ketika bernafas lewat mulut, udara yang masuk melalui mulut tidak dapat disaring secara maksimal seperti ketika bernafas lewat hidung. Hal ini menyebabkan kita bisa lebih rentan terkena infeksi.
Kedua, dengan bernafas melalui mulut, oksigen yang dihisap masuk ke dalam darah menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan kita jadi sulit untuk konsentrasi dan mudah mengantuk. Beneran, ketika pilek bawaannya mau tidur terus...
Ketiga, ini yang diluar dugaan sebelumnya. Ternyata bernafas melalui mulut juga menyebabkan pertumbuhan gigi dan tulang rahang tidak normal. Tapi efek ini lebih banyak dialami oleh anak kecil usia dini. Gejalanya antara lain mulut anak sering terbuka, khususnya ketika si anak tidur.
Dengan pertumbuhan gigi dan rahang yang tidak normal, menyebabkan si buah hati memiliki gigi yang saling berjejal atau tumpang tindih di luar lengkung rahang yang normal. Dari penampilan luar (face look) pertumbuhan wajah anak menjadi lebih vertikal. Wajah terlihat memanjang dan rahang atas lebih menyempit.
Dan ternyata... pemberian ASI eksklusif pada bayi sejak lahir hingga ±2 tahun merupakan salah satu cara melatih anak bernafas dengan benar sesuai design Tuhan, yaitu bernafas lewat mulut. Awesome kan?
Yuk mulai sekarang jangan kebanyakan nganga... ngowoh... mangap... atau apalah. Tutup mulut dan nafas lewat hidung. Kembalilah ke jalan yang benar, jalan yang sehat :)